Heloo gaes... gimana kabarnya? Lagi ngapain nih sekarang. Sekarang aku mau cerita pengalamanku dengan berat badan yang penuh warna-warni. Yach... curcol dikitlah...lama udah nggak pernah curcol bebas. Bebas tanpa ada beban endorsement ataupun post berbayar...hahaha
By the way, Marhaban Ya Ramadhan untuk saudara-saudara muslimku di seluruh penjuru dunia.
Selamat menunaikan ibadah puasa semoga kita bisa meraih hari kemenangan dengan suka cita.
Baca juga : Tips Hidup Sehat Ala Dwi Puspita
Ngomong-ngomong masalah diet mah aku demen banget. Pasalnya aku adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memiliki tubuh subur dan makmur. Makan teratur aja dengan porsi nambah dikit pasti deh keesokan harinya jarum timbangan akan bergerak syantik ala ala prinses ke arah kanan.
Sadar nggak sadar pipiku tambah cubby, baju pun mulai mengecil dengan sendirinya dan gerak sedikit udah ngos-ngosan. Iyapz, aku adalah wanita bertubuh subur dan makmur yang menginginkan berat badan yang ideal tanpa harus mengurangi makan dan hobi kulinerku.
Baca juga : Cara Diet Sehat Dwi Puspita
By the way, Marhaban Ya Ramadhan untuk saudara-saudara muslimku di seluruh penjuru dunia.
Selamat menunaikan ibadah puasa semoga kita bisa meraih hari kemenangan dengan suka cita.
Baca juga : Tips Hidup Sehat Ala Dwi Puspita
Ngomong-ngomong masalah diet mah aku demen banget. Pasalnya aku adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memiliki tubuh subur dan makmur. Makan teratur aja dengan porsi nambah dikit pasti deh keesokan harinya jarum timbangan akan bergerak syantik ala ala prinses ke arah kanan.
Sadar nggak sadar pipiku tambah cubby, baju pun mulai mengecil dengan sendirinya dan gerak sedikit udah ngos-ngosan. Iyapz, aku adalah wanita bertubuh subur dan makmur yang menginginkan berat badan yang ideal tanpa harus mengurangi makan dan hobi kulinerku.
Baca juga : Cara Diet Sehat Dwi Puspita
E tapi, aku kan sekarang lagi menyusui... nggak boleh donk diet. Kata siapa? diet boleh-boleh saja asalkan asupan gizi untuk tubuh harus seimbang. Mengatur pola makan, olahraga, rajin minum air putih, dan konsumsi buah dan sayur setiap hari. Duh... kira-kira aku bisa nggak ya?
Revolusi terbesarku di tahun 2017 adalah kurusan, secara anakku umurnya sudah lebih dari 1 tahun jadi aku udah agak nggak parno dengan makanannya. Makan yang banyak dan ngASInya agak dikitan, iya dia sekarang cuma mimik dikit... mbuh kenapa. Mungkin udah kenyang dengan nasi timnya mungkin.
Revolusi terbesarku di tahun 2017 adalah kurusan, secara anakku umurnya sudah lebih dari 1 tahun jadi aku udah agak nggak parno dengan makanannya. Makan yang banyak dan ngASInya agak dikitan, iya dia sekarang cuma mimik dikit... mbuh kenapa. Mungkin udah kenyang dengan nasi timnya mungkin.
Baca juga : 7 Barang Yang Dipakai Dwi Puspita Saat Jogging
Flash back dengan berat badan. Aku pernah mencapai puncak kejayaan berat badan yang sangat stabil. Dengan tinggi badan yang semampai (semeter tak sampai) berat badanku berada di angka 47. Uwooow... seneng sekali rasanya melihat angka itu. Pasalnya baju-baju yang aku pakai semuanya pas, baju adikku yang kelas 5 SD aja cukup aku pakai. Ini semua pada masa kejayaan SMA dan kuliah, maklum pikiran lagi ruwet mikirin UN dan tugas kuliah ditambah Tugas Akhir. Beh... tak perlu diet untuk menguruskan badan, hanya beban pikiran pikiran dan pikiran.
Lanjut lulus kuliah berat badanku mulai menunjukkan tanda-tanda kesuburan. Hal ini dikarenakan pikiran senang hati riang. Gimana nggak senang coba, terlepas dengan beban kuliah dan mendapatkan kerja yang menurutku masih belum pas. Sudah mendapatkan kerja dan mendapatkan hasil dari jerih payah sendiri mengantarkanku pada titik kebahagiaan.
Baca juga : Hanya Makan Buah Dan Sayur Selama 2 Minggu
Berat badan mulai merangkak naik secara perlahan namun pasti. Diangka 55 sudah membuatku agak tersenyum kecut, baju-baju mulai aku amankan dikardus. Mau tidak mau setiap bulan harus beli baju sesuai ukuran tubuh. Uh yeah... ternyata aku bahagia... berat badanku sudah berada diangka 57. Pencapaian yang sungguh luar biasa.
Baca juga : Hanya Makan Buah Dan Sayur Selama 2 Minggu
Berat badan mulai merangkak naik secara perlahan namun pasti. Diangka 55 sudah membuatku agak tersenyum kecut, baju-baju mulai aku amankan dikardus. Mau tidak mau setiap bulan harus beli baju sesuai ukuran tubuh. Uh yeah... ternyata aku bahagia... berat badanku sudah berada diangka 57. Pencapaian yang sungguh luar biasa.
Demi mendapatkan body yang anggun dihari pernikahan, akupun rela mengurangi jatah makanku. 7 hari sebelum ritual duduk dikursi pelaminan. Alhamdulillah... usahaku tidak sia-sia, berat badanku turun 2kg dari 57 ke 55. Senang donk pastinya, lingkar perut si perut buncitku terkikis 4cm gara-gara mengurangi makan, mengurangi karbo lebih tepatnya.
Namun setelah menikah berubah seketika, aku tidak bisa mempertahankan angka 55 itu. Melenggangkangkung ke angka 60, wuhuuu... perutku kian mengglambir. Pahaku dan lenganku kian berisi. Celana jeans kian mengecil dan akupun tambah bahagia pasalnya tiap bulan belanja baju baru. Aku tak berdiam diri, aku ingin sehat dan ingin semua baju didalam kardus kembali bisa aku pakai. Usaha membakar lemak setidaknya 50 gram perhari. Lumayanlah sebulan bisa susut 1,5 kg.
Kalian bisa baca juga cerita lengkapku tentang program penggemukan badan dan pengurusan badan disini.
Pasti kalian ingat tentang kabar BBM naik, duh seneng banget aku rasanya. Pasalnya aku bisa mengurangi pembelian beras dan ini sangat mendukung dalam program dietku. Masih belum mudeng dengan ceritaku, cuzzz aja tentang curhatanku disini.
Kebayang nggak stop makanan favorit, bukan makanan sih sebenarnya tapi camilan sejuta umat, yaitu bakso. Aku pernah berhenti nyemil bakso agar bisa kurusan dikit. Aku bela-belain melawan nafsu makanku demi mendambakan berat badan idaman. Alhamdulillah, semuanya berbuah manis dengan tidak nyemil bakso. Berat badanku turun 2 kg dan aku bahagia. Intip ceritaku disini tentang berhenti nyemil bakso demi diet.
Waktu pun berlalu, aku bahagia dengan tubuhku yang mulai sedikit kurusan. Namun, tak berapa lama berat badanku kembali ke angka yang bener-bener menyeramkan. Ini semua karena pola makanku yang amburadul, doyan ngemil, jarang minum air putih, apalagi nggak pernah olahraga.
Dan, akupun memulai ritual aneh. Gimana nggak aneh la wong dietnya macem gini. Nggak makan nasi, walau makan cuma maksimal 3 sendok. Yang penting tiap hari minum kopi hitam karena aku memang nggak bisa jauh dari kopi hitam. Nggak disaranin bagi kalian, bener-bener deh jangan ngikutin dietku yang ngaco ini. Kalau nggak terbiasa asam lambung kalian bisa kumat. Ini ceritaku tentang diet yang hanya minum kopi saja. Baca disini.
Intinya, berat badan yang pernah nangkring manis manja seberat 60 kg. Berat 60 kg inilah menjadi berat badan terberat sebelum aku hamil. Rekor terberat adalah pada saat usia kehamilan 9 bulan dengan berat badan 76 kg. Allahuakbar... ingin sekali aku menangis waktu itu, tak ada satupun baju-bajuku yang muat. Aku hanya bisa menangis dengan berat badan yang menyeramkan itu.
Setelah lahiran, beran badanku turunnya hanya secuprit, dikit banget. Padahal mendengar cerita teman-temanku yang sehabis melahirankan ada yang sampai 10 kg turunnya. Lah aku, cuma 3 kg doang. Plisss deh lemak, mbok ya jangan kerasan amat ditubuhku ini. Ikhlas dengan berat badan 71 kg. Katanya sih ntar kurus-kurus sendiri kalau menyusui anak. Oke deh aku coba...
1, 2, 3, bulan berlalu... sedikiiit sekali dengan perubahan berat badan ini. Aku nggak mau diet ekstrem seperti yang pernah aku lakukan sebelumnya. Diet sehat yang tak melupakan makan 3 kali sehari, nyemil apapun yang aku mau karena anakku butuh asupan gizi di setiap tetes ASI. Saran dan masukan temanpun aku terima, aku pikir benar... anakku tetap menjadi nomer satu yang harus aku perhatikan dan pikirkan untuk memenuhi kebutuhan makanan serta asupan gizi seimbangnya. Dan... akhirnya alhamdulillah... setahun pun berlalu. Berat badanku mulai sedikit demi sedikit menjauhi angka 71 kg.
Kini setahun sudah usia anakku. Iseng aja dihari ultahnya tanggal 20 Desember 2016 kemarin aku timbang berat badanku. Dan, ulala... angka 60 kg mendarat dengan cantik. Angka yang sungguh mengagumkan menurutku. Karena aku sempat putus asa, mungkinkah berat badanku bisa turun di bawah angka 65 kg. Nyatanya bisa...
Ya tapi perlu usaha keras dan hidup sehat juga. Nggak mudah loh...
Aku nggak boleh melupakan olahraga, walaupun nggak olahraga minimal tubuhku gerak. Melakukan aktifitas seperti bersih-bersih rumah, menggendong anak sambil wira-wiri, lumayanlah... keringetpun membasahi seluruh tubuh termasuk ketekku yang basah. Hehehe...
Rajin minum air putih karena air putih sangat bagus untuk metabolisme tubuh. Kerasa banget saat pipis, kalo warnanya nggak bening rada kuning aku berasa racun-racun dan lemak ikut pipis ku. Puasss... makanya suka sekali konsumsi air putih :)
Mengkonsumsi buah dan sayur penting banget buat ibu menyusui seperti aku. Selain aman buat berat badan, buah dan sayur manfaatnya oke punya buat tubuh. Rugi deh menurutku yang nggak doyan mengkonsumsi buah dan sayur.
Oh ya, mumpung sekarang puasa Ramadhan nih... makan minum sudah teratur yaitu saat buka puasa dan sahur jangan lupa tetap kontrol makanan minum dengan baik. Berhenti sebelum kenyang lebih baik ya gaes.
Oh ya... puasa Ramadhan jangan berharap turun beran badan tapi berharap pahala dari Allah. Turun berat badan hanya bonus saja ya gaes.
Aku juga lagi proses menurunkan berat badan lagi nih, semoga puasa ini aku dapat bonus di angka 53 kg. Soalnya kemarin nimbang di hari ke 3 puasa berat badanku sudah ada di titik 56 kg.
Kuncinya sih hanya satu, saat kita berbuka puasa makanlah secukupnya. Buah dan sayur yang paling penting, karbo juga penting tapi sedikit saja. Toh nyatanya kita tetap punya tenaga walau nggak makan karbo.
Hmmm... mungkin itu aja dulu ceritaku tentang pengalaman diet yang penuh dengan warna-warni. Walaupun lama, tapi setidaknya dietku bisa masuk kedalam kategori diet sehat yang aman bagi tubuh. Tetap semangat donk bakar lemak setiap hari walaupun 1 gram sekalipun. Intinya niat dan nggak boleh putus asa.
Salam,
Dwi Puspita
Waktu pun berlalu, aku bahagia dengan tubuhku yang mulai sedikit kurusan. Namun, tak berapa lama berat badanku kembali ke angka yang bener-bener menyeramkan. Ini semua karena pola makanku yang amburadul, doyan ngemil, jarang minum air putih, apalagi nggak pernah olahraga.
Dan, akupun memulai ritual aneh. Gimana nggak aneh la wong dietnya macem gini. Nggak makan nasi, walau makan cuma maksimal 3 sendok. Yang penting tiap hari minum kopi hitam karena aku memang nggak bisa jauh dari kopi hitam. Nggak disaranin bagi kalian, bener-bener deh jangan ngikutin dietku yang ngaco ini. Kalau nggak terbiasa asam lambung kalian bisa kumat. Ini ceritaku tentang diet yang hanya minum kopi saja. Baca disini.
Intinya, berat badan yang pernah nangkring manis manja seberat 60 kg. Berat 60 kg inilah menjadi berat badan terberat sebelum aku hamil. Rekor terberat adalah pada saat usia kehamilan 9 bulan dengan berat badan 76 kg. Allahuakbar... ingin sekali aku menangis waktu itu, tak ada satupun baju-bajuku yang muat. Aku hanya bisa menangis dengan berat badan yang menyeramkan itu.
Setelah lahiran, beran badanku turunnya hanya secuprit, dikit banget. Padahal mendengar cerita teman-temanku yang sehabis melahirankan ada yang sampai 10 kg turunnya. Lah aku, cuma 3 kg doang. Plisss deh lemak, mbok ya jangan kerasan amat ditubuhku ini. Ikhlas dengan berat badan 71 kg. Katanya sih ntar kurus-kurus sendiri kalau menyusui anak. Oke deh aku coba...
1, 2, 3, bulan berlalu... sedikiiit sekali dengan perubahan berat badan ini. Aku nggak mau diet ekstrem seperti yang pernah aku lakukan sebelumnya. Diet sehat yang tak melupakan makan 3 kali sehari, nyemil apapun yang aku mau karena anakku butuh asupan gizi di setiap tetes ASI. Saran dan masukan temanpun aku terima, aku pikir benar... anakku tetap menjadi nomer satu yang harus aku perhatikan dan pikirkan untuk memenuhi kebutuhan makanan serta asupan gizi seimbangnya. Dan... akhirnya alhamdulillah... setahun pun berlalu. Berat badanku mulai sedikit demi sedikit menjauhi angka 71 kg.
Kini setahun sudah usia anakku. Iseng aja dihari ultahnya tanggal 20 Desember 2016 kemarin aku timbang berat badanku. Dan, ulala... angka 60 kg mendarat dengan cantik. Angka yang sungguh mengagumkan menurutku. Karena aku sempat putus asa, mungkinkah berat badanku bisa turun di bawah angka 65 kg. Nyatanya bisa...
Ya tapi perlu usaha keras dan hidup sehat juga. Nggak mudah loh...
Aku nggak boleh melupakan olahraga, walaupun nggak olahraga minimal tubuhku gerak. Melakukan aktifitas seperti bersih-bersih rumah, menggendong anak sambil wira-wiri, lumayanlah... keringetpun membasahi seluruh tubuh termasuk ketekku yang basah. Hehehe...
Rajin minum air putih karena air putih sangat bagus untuk metabolisme tubuh. Kerasa banget saat pipis, kalo warnanya nggak bening rada kuning aku berasa racun-racun dan lemak ikut pipis ku. Puasss... makanya suka sekali konsumsi air putih :)
Mengkonsumsi buah dan sayur penting banget buat ibu menyusui seperti aku. Selain aman buat berat badan, buah dan sayur manfaatnya oke punya buat tubuh. Rugi deh menurutku yang nggak doyan mengkonsumsi buah dan sayur.
Oh ya, mumpung sekarang puasa Ramadhan nih... makan minum sudah teratur yaitu saat buka puasa dan sahur jangan lupa tetap kontrol makanan minum dengan baik. Berhenti sebelum kenyang lebih baik ya gaes.
Oh ya... puasa Ramadhan jangan berharap turun beran badan tapi berharap pahala dari Allah. Turun berat badan hanya bonus saja ya gaes.
Aku juga lagi proses menurunkan berat badan lagi nih, semoga puasa ini aku dapat bonus di angka 53 kg. Soalnya kemarin nimbang di hari ke 3 puasa berat badanku sudah ada di titik 56 kg.
Kuncinya sih hanya satu, saat kita berbuka puasa makanlah secukupnya. Buah dan sayur yang paling penting, karbo juga penting tapi sedikit saja. Toh nyatanya kita tetap punya tenaga walau nggak makan karbo.
Hmmm... mungkin itu aja dulu ceritaku tentang pengalaman diet yang penuh dengan warna-warni. Walaupun lama, tapi setidaknya dietku bisa masuk kedalam kategori diet sehat yang aman bagi tubuh. Tetap semangat donk bakar lemak setiap hari walaupun 1 gram sekalipun. Intinya niat dan nggak boleh putus asa.
Salam,
Dwi Puspita