Anakku pernah diare, saat usianya 15 bulan. Jujur aku sedih banget, karena selain berat badannya turun drastis dari 10 kg menjadi 6 kg dalam waktu 2 minggu. Sebagai ibu yang baru mengalami kejadian ini kaget donk. Tapi... alhamdulillah aku bisa mengatasinya waktu itu.
Berbekal ingin mengetahui diare lebih lanjut, kemarin ada acara bagus dengan tema #IndonesiaMerdekaDiare di Fairfield by JW Marriot Hotel Surabaya. Antusias banget donk datang ke acara ini bersama anakku sebagai bekal ilmu mengenai diare. Tak berharap diare datang lagi tapi kami ingin mengetahui lebih banyak tentang diare, bahayanya, dan cara mengatasinya.
Tahu nggak diare itu apa?
Dikatakan Diare jika BAB cair lebih dari 3 kali sehari dan frekuensi dan konsistensi lebih cair dari biasanya. 1 dari 7 anak Indonesia mengalami diare, maka kita harus selalu waspada bahwa diare bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dan siapa saja bisa mengalaminya.
Penyebab Diare bisa dari infeksi maupun non-infeksi.
Infeksi biasanya disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, dan jamur. Sedangkan non infeksi bisa dari alergi maupun intoleransi makanan.
Diare adalah penyakit yang umum yang sering di derita oleh anak, namun banyak ibu yang belum mengerti cara penanganan yang tepat sehingga sering kali Ibu menganggap permasalahan diare pada anak dapat diatasi sendiri.
Berdasarkan data dari Riskesdas 2013, 1 dari 7 anak Indonesia pernah mengalami diare dengan frekuensi 2-6 kali dalam setahun. Melihat angka kejadian ini, ibu perlu mengetahui penanganan diare dengan tepat, karena bila diare berkelanjutan akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak antara lain berat badan anak.
Berdasarkan data dari Riskesdas 2013, 1 dari 7 anak Indonesia pernah mengalami diare dengan frekuensi 2-6 kali dalam setahun. Melihat angka kejadian ini, ibu perlu mengetahui penanganan diare dengan tepat, karena bila diare berkelanjutan akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak antara lain berat badan anak.
Saat diare, ibu perlu memperhatikan agar anak tidak mengalami dehidrasi dan kekurangan gizi. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi diare pada anak yaitu:
1. Untuk anak yang masih mendapatkan ASI, teruskan pemberian ASI karena ASI adalah yang terbaik.
2. Cegah dehidrasi dengan larutan oralit
3. Konsultasikan ke tenaga medis
4. Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan Si Kecil
5. Bila perlu, berikan nutrisi bebas laktosa berdasarkan rekomendasi dari tenaga medis
Materi pertama yang disampaikan oleh dr. Andy Darma, SpA(K). Beliau menjelaskan tentang penyebab terjadinya diare yang paling umum adalah infeksi pada usus yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit. Namun, penyebab terbanyak diare pada anak adalah Rotavirus, dan penelitian menemukan bahwa sebagian (30%) anak Indonesia yang mengalami diare karena Rotavirus juga mengalami intoleransi laktosa.
Penelitian di negara lain bahkan mendapatkan angka kejadian intoleransi laktosa yang lebih tinggi, yakni sekitar 67% pada diare karena Rotavirus dan 49% pada diare non-Rotavirus. Pada saat diare terutama oleh Rotavirus, terjadi kerusakan jonjot usus, sehingga produksi beberapa enzim di jonjot usus yang berguna untuk proses pencernaan nutrisi, di antaranya enzim laktase, akan berkurang.
Enzim laktase berguna untuk mencerna gula alami (laktosa) yang terdapat pada susu. Laktosa yang tidak tercerna akhirnya tidak dapat diserap sehingga menyebabkan diare semakin berat, kembung, dan tinja yang berbau asam. Kondisi ini disebut sebagai intoleransi laktosa.
Bakteri rotavirus adalah bakteri yang bisa bertahan lama dan bisa menular. Biasanya ada di popok anak. Kadang popok anak yang biasanya dibuang ke tempat sampah, sebenarnya bakteri Rotavirus masih tetap bertahan disana.
Penelitian di negara lain bahkan mendapatkan angka kejadian intoleransi laktosa yang lebih tinggi, yakni sekitar 67% pada diare karena Rotavirus dan 49% pada diare non-Rotavirus. Pada saat diare terutama oleh Rotavirus, terjadi kerusakan jonjot usus, sehingga produksi beberapa enzim di jonjot usus yang berguna untuk proses pencernaan nutrisi, di antaranya enzim laktase, akan berkurang.
Enzim laktase berguna untuk mencerna gula alami (laktosa) yang terdapat pada susu. Laktosa yang tidak tercerna akhirnya tidak dapat diserap sehingga menyebabkan diare semakin berat, kembung, dan tinja yang berbau asam. Kondisi ini disebut sebagai intoleransi laktosa.
Bakteri rotavirus adalah bakteri yang bisa bertahan lama dan bisa menular. Biasanya ada di popok anak. Kadang popok anak yang biasanya dibuang ke tempat sampah, sebenarnya bakteri Rotavirus masih tetap bertahan disana.
Diare Rotavirus sangat berbahaya karena :
- Penyebab utama diare berat dengan dehidrasi pada balita diseluruh dunia dari semua kalangan
- Angka kematian 6 % pada balita
- Pada negara berkembang lebih tinggi lagi karena banyak yang malnutrisi
Pada saat diare, produksi beberapa enzim pencernaan di dalam usus akan berkurang, sehingga sulit mencerna sebagian nutrisi, seperti laktosa yang banyak terkandung di dalam usus. Kondisi ini dapat disebut dengan intoleransi laktosa.
Diare berulang yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan risiko gagal tumbuh, sehingga diperlukan asupan nutrisi yang baik saat dan setelah diare, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Peran nutrisi sangat penting dalam menghadapi diare tidak hanya untuk mencegah dehidrasi namun juga menjaga asupan energi, dan dapat dengan mudah diperoleh dari larutan oralit, susu, dan makanan sehari hari.
Anak diare akan mengalami dehidrasi dan ubun-ubunnya cekung. Kondisi seperti ini biasanya membuat orang tua terutama ibu panik. Biasanya mereka akan langsung membawanya ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Tapi sebenarnya bisa juga melalui home treatment.
Kepekaan orang tua terhadap keadaan anak saat diare sangat penting, karena saat diare, berat badan anak akan berkurang. Oleh karena itu diperlukan asupan nutrisi yang baik saat dan setelah diare, sehingga anak dapat mengejar pertumbuhan fisiknya.
Apabila anak tidak mau makan dan minum, orangtua perlu mengusahakan asupan bernutrisi yang mudah diterima oleh anak. ASI dan cairan rehidrasi oral (oralit) adalah yang utama selain tambahan zinc. Selain itu, asupan nutrisi yang baik dapat mempercepat pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap makanan yang masuk, serta memberikan energi untuk mempercepat proses pemulihan.
Selain itu jika anak mengkonsumsi susu formula hendaknya jangan terlalu encer saat membuatnya.
Nabhila Chairunissa selaku Digestive Care Manager – NutriciaSari Husada memaparkan bahwa kampanye “Indonesia Merdeka Diare” adalah langkah nyata komitmen perusahaan Nutricia Sari Husada terhadap nutrisi untuk bangsa agar anak Indonesia dapat menjadi anak generasi maju.
Dengan adanya kampanye ini berharap ibu-ibu semakin mendapat edukasi dan semakin mengerti penanganan tepat diare pada anak.
Dan berharap segala informasi penting yang dapat ibu jadikan sebagai pedoman atasi diare pada anak dapat dijadikan pengingat bagi ibu saat anak mengalami diare. Dengan pengetahuan yang memadai, ibu dapat memberikan penanganan yang tepat saat anak menderita diare untuk tetap menjaga tumbuh kembang yang optimal agar anak Indonesia dapat menjadi anak generasi maju yang merdeka dari diare.
Yuk ibu-ibu mulai sekarang kita jaga kebersihan diri dan lingkungan kita ya, terutama kebersihan si kecil agar dia bisa tumbuh sehat dan ceria.
Salam,
Dwi Puspita
Salam,
Dwi Puspita
No comments:
Post a Comment
Yuk berkomentar :)