Hari itu sangat cerah sekali, matahari benar-benar menyengat kulit kami. Bagi saya tak masalah, sebab saya ingin bakar kalori di pagi hari dengan berjalan kaki mengitari jalanan Kota Surabaya. Jalan Yos Sudarso dan jalan Ketabang Kali menjadi saksi bahwa saya sudah pernah berjalan kaki untuk membakar kalori sambil menikmati Kota Surabaya di pagi hari. Hahaha...
Namun pada akhirnya energi saya terkuras juga, saya kelaparan. Tidak hanya saya saja yang kelaparan, anak dan suami saya juga kelaparan setelah berjalan kaki mengitari jalanan Kota Surabaya. Akhirnya langkah kaki kami berhenti di Jalan Walikota Mustajab, sambil melihat anak dan suami yang keasikan bermain saya duduk di trotoar jalan sambil menikmati beberapa kendaraan yang lalu lalang di depan kami.
Saya perhatikan dari tadi suami dan anak saya asik bermain. Bermain petak umpet ala-ala yang bikin anak saya bahagia dengan tawanya yang cekikikan. Setelah puas cekikan dan puas bermain akhirnya kami kelaparan juga. Di Jalan Walikota Mustajab Surabaya akhirnya kami berlabuh untuk mencari kuliner murah meriah di sepanjang jalan ini. Akhirnya kami pun menemukan tempat makan Bu Hadi, karena hanya tempat makan itulah yang buka.
Mencicipi nasi pecel Madiun Bu Hadi di Jalan Walikota Mustajab bersama suami dan anak saya. Walikota Mustajab sendiri terkenal dengan kuliner sate kelopo nya. Jujur saya belum pernah mencoba, karena untuk urusan per'sate'an saya kurang beruntung. Kadang nafsu makan sate ada tapi mengingat penyakit yang saya derita jadinya mau nggak mau saya harus bisa menolaknya.
Kami mencari tempat duduk kosong dengan powsisi uwenak. Semuanya kosong dan uwenak semua posisinya. Ya maklum, masih baru buka jadinya kami bisa pilih tempat duduk sesuka hati. Kemudian datanglah mbak-mbak menyodorkan menu makanan yang sudah tertera dengan harganya.
Saya suka sekali tempat makan yang sudah menyertai harga makanan dan minumannya. Dengan demikian saya tidak takut kalau harga makanan yang saya pesan terlalu mahal atau tidak. Hahaha...
Dari daftar menu di atas bisa dilihat harga nasi pecel Madiun yang cuma 10 ribu rupiah saja. Murah meriah bukan...
Akhirnya kami memilih menu nasi pecel madiun. Suami saya memilih menu nasi pecel madiun dengan lauk tahu tempe sedangkan saya menu nasi pecel dengan lauk tahu, tempe dan empal suwir. Harganya pasti berbeda donk, karena menu saya di tambah lauk empal suwir.
Sambil menunggu pesanan datang anak saya asik menonton acara televisi. TV yang dikaitkan ke dinding memang membuat hemat tempat. Bagi pelaku usaha memang harus kreatif dalam menata lahannya agar tetap kelihatan jembar (luas), satu-satunya dengan jalan memanfatkan sekat di dinding untuk tempat barang.
Akhirnya minuman yang kami pesan datang juga, minuman yang kami pesan ada 3, antara lain teh hangat jumbo, jeruk hangat, dan es cao. Teh hangat jumbo untuk suami saya, jeruk hangat untuk anak saya, dan es cao untuk saya sendiri.
Nasi pecel Madiun yang kami pesan juga sudah diantar oleh si mbaknya. Dengan lauk tahu, tempe, empal suwir, serta ada tambahan serundeng. Peyeknya enak sekali dan sambel pecelnya lumayan pedas. Untuk rasa sih sama saja seperti nasi pecel pada umumnya.
Menurut saya porsi nasinya sangat banyak, karena saya merasa kekenyangan untuk menghabiskan satu porsi nasi pecel Madiun ini. Padahal kalau urusan perut saya nggak pernah nolak dan nggak pernah ada kenyangnya. Tapi kali ini saya dibikin kekenyangan oleh nasi pecel Madiun bu Hadi ini.
Jangankan saya, suami saya saja sudah menggap-menggap makan nasi pecelnya. Untungnya nasi pecel suami saya dimakan berdua dengan anak saya. Cuma... anak saya nggak pake sambel hanya serundeng, nasi, tempe, dan daging. Okelah itu saja cerita kulineran saya di jalan Walikota Mustajab menikmati nasi pecel Madiun Bu Hadi.
Baca juga : Taman Balai Kota Surabaya, Alternatif Liburan Untuk Keluarga
Baca juga : Taman Balai Kota Surabaya, Alternatif Liburan Untuk Keluarga
Sepertinya anak saya lahap banget makan nasi pecel madiunnya yang tanpa bumbu. Maklum... mungkin anak saya sudah kelaparan. Dari pagi sudah banyak aktifitas, mulai dari bermain air mancur di Taman Balai Kota Surabaya, singgah sebentar ke Monumen Panglima Besar Djendral Soedirman, dan terakhir menyusuri jalanan Ketabang Kali dan Jalanan Yos Sudarso. Waktu yang pas untuk mengisi perut.
Salam,
Dwi Puspita
No comments:
Post a Comment
Yuk berkomentar :)