Hobi jalan-jalan dan keluyuran sepertinya memang sudah tertancap pada diri saya. Buktinya saya nggak bisa diam kalo weekend, maunya keluar rumah. Yaaa... asalkan keluar rumahnya bareng suami dan anak baru saya sreg, kalau nggak bareng mereka rasanya ada yang hilang dan pada akhirnya saya males juga untuk keluar rumah.
Setelah dari pemandian air panas Padusan Pacet kami mencari objek wisata alam lainnya, dan akhirnya kami menemukan wisata alam air terjun Dlundung. Selain itu akses jalannya sangat mudah dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat. Tanpa ba bi bu akhirnya lami mencari lokasi parkir yang strategis dan Alhamdulillah mendapatkannya.
Masuk ke tempat wisata ini ditarik tiket masuk sebesar 12500 rupiah per orang dan 500 rupiah untuk asuransi. Nanti akan ditarik lagi biaya parkir kendaraan sebesar 5000 rupiah untuk mobil. Kalau kendaraan roda 2 saya nggak tahu berapa biaya parkirnya. Hehehe... maaf.
Setelah dari pemandian air panas Padusan Pacet kami mencari objek wisata alam lainnya, dan akhirnya kami menemukan wisata alam air terjun Dlundung. Selain itu akses jalannya sangat mudah dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat. Tanpa ba bi bu akhirnya lami mencari lokasi parkir yang strategis dan Alhamdulillah mendapatkannya.
Masuk ke tempat wisata ini ditarik tiket masuk sebesar 12500 rupiah per orang dan 500 rupiah untuk asuransi. Nanti akan ditarik lagi biaya parkir kendaraan sebesar 5000 rupiah untuk mobil. Kalau kendaraan roda 2 saya nggak tahu berapa biaya parkirnya. Hehehe... maaf.
Parkiran mobil yang saya dapatkan agak serem soalnya kalau nggak di hand rem dan di ganjel dengan batu salah satu rodanya khawatir mobil saya jalan mundur sendiri. Namanya juga parkir di daerah pegunungan ya resiko dong tempatnya agak miring.
Sambil menunggu suami memarkir mobil saya mengamati kuda yang berlalu lalang membawa pengunjung. Jasa menaiki kuda ini hampir saya dapati di beberapa tempat wisata, yah namanya juga ingin mencari rezeki. Apapun caranya akan dilakukan si pencari rezeki untuk menarik para wisatawan.
Pastinya suasana pegunungan macam ini sejuk banget. Saya sangat suka suasana alam seperti ini. Dua kali saya bermain air terjun bersama keluarga, yang pertama yaitu air terjun Kakek Bodo dan yang kedua air terjun Dlundung ini. Dan tidak ada kata bosan bagi saya untuk bermain dan kembali lagi ke wisata air terjun. Maunya seluruh air terjun yang ada di sekitaran Jawa Timur dulu bisa saya kunjungi dengan keluarga saya.
Baca juga : Ada Apa Saja Di Air Terjun Kakek Bodo?
Baca juga : Ada Apa Saja Di Air Terjun Kakek Bodo?
Tempat kopi yang menurut saya sangat ekstrim tapi bikin saya penasaran gimana rasanya ngopi ditempat ini sambil melihat pemandangan. Tapi... saya urungkan ngopi di tempat ini, saya mencari tempat lain yang bikin saya nyaman untuk menikmati kopi.
Selain penjual makanan dan minuman ada juga penjual aksesoris, gantungan kunci dari kayu semacam gambar dibawah ini.
Wisata alam seperti ini bikin hati dan pikiran saya tenang, melihat alam dan bersyukur atas segala ciptaanNya yang sangat indah. Di sepanjang jalan menuju air terjun Dlundung saya melihat beberapa warung makan yang menawarkan makanan, minuman dan gorengan. Untuk harga kopi relatif sama dengan warung kopi lainnya, yaitu berkisar antara 3-4 ribu. Untuk makanan juga standart, ada yang harganya 10 ribu.
Selain suasana yang amat nyaman, tenang dan sejuk saya dapat melihat indahnya alam. Pepohonan yang menjulang tinggi dengan warna hijaunya yang khas membuat saya betah berlama-lama menikmati pemandangan yang ada di depan mata. Dari jauh saya juga mendapati 3 anak laki-laki yang asik menangkap dan mencari ikan menggunakan tombak kayu.
Jujur saja, saya termasuk wisatawan yang takut masuk ke warung makan yang masih dalam area tempat wisata. Soalnya saat mau bayar ke kasir mendadak bikin jantung saya mau copot. Harganya nggak masuk akal booookkkk. Nah, dari situ kadang saya berpikir seribu kali kalau mau masuk warung makan di kawasan tempat wisata. Mendingan saya bawa bekal saja dari rumah daripada harganya bikin saya dag dig dug.
Kalau menurut saya, dengan adanya harga yang terpampang jelas seperti ini membuat para wisatawan nggak takut untuk masuk. Sambil terus berjalan saya mengamati orang-orang disekitar saya. Rata-rata mereka datang berkelompok seperti bersama keluarga ataupun teman.
Menuju ke air terjun Dlundung pastinya harus jalan kaki dengan jalanan yang menanjak. Cukup menjadi tantangan sendiri bagi saya, karena selain membawa tubuh yang aduhai beratnya pun anak saya minta gendong. Namun tanjakan ini tidak seperti jalan tanjakan di air terjun Kakek Bodo.
Air terjun Kakek Bodo selain jauh dari tempat parkir kendaraan pun jalanannya sangat menanjak, itu sih menurut saya. Saya ngos-ngosan saat jalan menuju air terjun Kakek Bodo. Andaikan setiap hari selama sebulan saya melakukan ritual melewati jalanan ke air terjun Kakek Bodo mungkin berat badan saya sedikit berkurang. dan saya akan menjadi langsing. Hahaha…
Air terjun Kakek Bodo selain jauh dari tempat parkir kendaraan pun jalanannya sangat menanjak, itu sih menurut saya. Saya ngos-ngosan saat jalan menuju air terjun Kakek Bodo. Andaikan setiap hari selama sebulan saya melakukan ritual melewati jalanan ke air terjun Kakek Bodo mungkin berat badan saya sedikit berkurang. dan saya akan menjadi langsing. Hahaha…
Air terjun Dlundung akhirnya terlihat oleh mata. Subhanallah… saya bahagia sekali bisa bermain air yang sangat dingin ini. Kaki saya mulai gatal untuk bermain air, tidak hanya saya tetapi anak dan suami saya juga ikut-ikutan. Banyak sekali wisatawan yang sedang liburan di tempat wisata ini, sebagian dari mereka membawa bekal dari rumah dan dimakan di tempat ini.
Banyak sekali pasangan muda-mudi yang bermain air terjun ini, mereka bergandengan tangan dengan mesra menikmati air terjun didepannya. Tiba-tiba saya teringat saat masih kemanten baru dengan pak suami (5 tahun yang lalu dan belum punya anak) saat saya jalan-jalan dengan pak suami ke tempat ini membayangkan membawa anak dan alhamdulillah benar-benar terwujud.
Anak saya happy banget melihat air, bersama Ayahnya mereka bermain air terjun bersama. Rasa dingin yang menusuk ke kulit ternyata tak menyurutkan ayah dan anak tersebut bermain air sepuasnya.
Anak saya happy banget melihat air, bersama Ayahnya mereka bermain air terjun bersama. Rasa dingin yang menusuk ke kulit ternyata tak menyurutkan ayah dan anak tersebut bermain air sepuasnya.
Cukup puas bermain air terjun Dlundung akhirnya kami pulang. Sebelum pulang kami sempatkan nongkrong dulu di warung kopi yang tak jauh dari tempat wisata air Terjun Dlundung untuk memesan beberapa minuman hangat dan makanan. Maklumlah, udaranya dingin sepertinya cocok untuk makan dan minum yang anget-anget.
Loh… katanya takut untuk makan di kawasan tempat wisata karena biasanya harganya mahal?
Iya sih takut, tapi kata suami saya la wong makannya nggak tiap hari kok, lagian momennya yang bikin mahal. Mana ada makan nasi goreng sambil lihat pegunungan dengan udara segar seperti ini. Disambi minum kopi dan ongkang-ongkang kaki.
Hmmm… bener juga sih, momennya yang bikin mahal. Akhirnya kami memilih tempat makan lesehan dan memesan beberapa makanan dan minuman yang kurang lebih harga totalnya hampir 100 ribu. Mungkin kalau di tempat biasa nggak sampai harga segitu, yach mentok-mentoknya mungkin 50 ribu. Tapi demi menangkap momen yang tidak bisa diulang, harga segitu sudah sangat murah bagi kami.
Selesai makan dan istirahat sebentar akhirnya kami kembali untuk melanjutkan perjalanan. Kemana? Ya pulang donk. Suami saya harus istirahat karena besok harus kerja. Kasihan donk kalau dia kecapekan.
Begitulah cerita liburan tipis-tipis keluarga saya ke Wisata Air Terjun Dlundung. Semoga masih diberikan kesehatan dan rezeki agar dapat mengeksplor tempat wisata lainnya.
Salam,
Dwi Puspita
Dwi Puspita
No comments:
Post a Comment
Yuk berkomentar :)