November Rain, pernah dengar? Pastinya dari para pembaca www.dwipuspita.com sudah pernah mendengarnya bukan. Saya sendiri sangat menunggu datangnya bulan November karena di bulan ini saya akan menikmati jatuhnya air dari langit ke bumi dan harum tanah yang membuat saya tambah bersemangat menghirupnya dalam-dalam.
Negara Indonesia sendiri terletak di daerah khatulistiwa dan mengalami 2 musim, musim hujan dan musim kemarau. Dengan adanya 2 musim ini pastinya banyak sekali aktifitas yang bisa dikerjakan oleh manusia di saat musim hujan maupun musim kemarau.
Biasanya didaerah saya yang para warganya menjadi petani akan melakukan aktifitas di sawah dengan menanam padi saat musim hujan tiba dan menanam jagung, kacang-kacangan di saat musim kemarau. Kegiatan ini sudah berlangsung bertahun-tahun sejak saya masih kecil hingga sekarang. Kehidupan para petani di desa saya memang bercocok tanam dan disitulah mereka mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan lainnya.
Namun dengan adanya perubahan iklim di Indonesia yang tak menentu kadang membuat petani gagal panen padi karena musim hujan yang berkepanjangan. Hal ini yang membuat para petani rugi besar dan malah tak ada balik modal sepeserpun.
Kok bisa rugi? Nah bagaimana nggak rugi coba, yang biasanya mereka akan menjemur gabah untuk dikeringkan tapi karena hujan yang terus menerus sehingga mereka tidak bisa menjemurnya secara maksimal. Gabah lama-lama akan membusuk dan tidak bisa digunakan. Disitulah letak kerugian para petani.
Menurut beberapa artikel yang saya baca mengenai faktor-faktor penyebab perubahan iklim antara lain : gas buang industri, kerusakan lapisan ozon, kerusakan fungsi hutan, pemanasan global, efek rumah kaca, dan penggunaan Cloro Flour Carbon.
Nantinya dari perubahan iklim yang secara terus-menerus seperti ini akan memberikan dampak pada bumi seperti curah hujan tinggi, terjadi bencana alam dan angin putting beliung, kemarau yang berkepanjangan, berkurangnya sumber air, dan mencairnya es di kutub sehingga meningkatkan volume air.
Nah looo... Apa yang harus dilakukan manusia agar tidak terjadi dampak yang merugikan pada manusianya sendiri?
Bencana alam yang hampir kita saksikan setiap tahunnya tidak jauh dari ulah dan perbuatan manusia itu sendiri. Bencana alam seperti banjir, pasti ada sesuatu yang menghalangi air itu untuk menuju ke hilirnya, akibat ada sekat yang menutupnya untuk mengalir. Sekat itu adalah sampah yang secara sengaja manusia itu sendiri tidak menjaga lingkungannya. Masih seenaknya membuang sampah sembarangan, apalagi membuangnya ke sungai sehingga membuat aliran air buntu. Jadi jangan salahkan jika banjir ini terjadi setiap tahunnya di beberapa kota besar di Indonesia.
Tidak hanya banjir, bencana longsor pun sering kali kita mendengarnya. Biasanya di daerah perbukitan atau daerah di kawasan pegunungan. Longsor terjadi karena tidak adanya penahan tanah sehingga tanah pun tak kuat menahan beban di atasnya sehingga terjadilah tanah longsor. Untuk itulah di daerah kawasan pegunungan pohon-pohon harus dijaga dan jangan sampai dimusnahkan. Akar pohon tersebut berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak terjadi longsor yang sangat parah.
Untuk itulah hutan-hutan di Indonesia harus dijaga kelestariannya, karena hutan di Indonesia sebagai sumber kehidupan fauna dan flora, sumber pangan, dan sumber oksigen (udara segar).
Perubahan iklim pastinya berhubungan juga dengan hutan. Hutan yang dijaga, dirawat, dan dilestarikan akan berdampak pada iklim yang stabil namun sebaliknya jika hutan dirusak dengan cara ditebang ataupun dibakar maka akan merusak ekosistem hutan itu sendiri dan lambat laun akan terjadi perubahan iklim secara berkala, contohnya longsor.
Perubahan iklim di Indonesia seperti ini akibat tangan-tangan manusia yang tak bertanggung jawab dan seenaknya sendiri merusak hutan tanpa berpikir jangka panjangnya seperti apa. Hewan dan pohon di hutan bagaimana nantinya jika semua itu dirusak.
Peran generasi muda sekarang sangatlah penting sekali. Mereka lah nantinya yang akan menjadi penerus untuk melanjutkan tonggak pemerintahan Indonesia. Generasi muda pastinya akan memikirkan Indonesia hari ini, besok dan seterusnya untuk menjadi lebih baik. Mereka tak akan merusak namun mereka akan berkontribusi untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Salah satu bentuk mereka peduli akan lingkungan adalah adanya komunitas-komunitas peduli lingkungan, peduli hutan dan sepertinya masih banyak lagi.
Andaikan saya menjadi seorang pemimpin, maka hal yang akan saya lakukan adalah berusaha untuk bisa merubah manusia-manusia tersebut yang tak bersahabat dengan alam. Hal terpenting adalah mengubah habit (kebiasaan) manusia terhadap alam sekitar untuk selalu mencintai dan menjaga alam seperti manusia tersebut mencintai tubuhnya sendiri. Mengajak generasi muda yang mendukung aksi mencintai lingkungan dan jangan pernah berhenti untuk selalu mengkampanyekan untuk selalu menjaga alam ini.
Alam akan rusak jika tidak dijaga, dirawat dan diperhatikan. Menjaga alam sangat mudah sekali sebenarnya tapi kitanya saja yang membuat sulit itu semua sehingga pada akhirnya semena-mena. Kebiasaan sederhana yang bisa dilakukan adalah,
1. Buang sampah pada tempatnya. Jika masih bisa dan mampu, bedakan antara sampah organik dan anorganik agar bisa memberikan manfaat masing-masing. Sampah organik bisa untuk pupuk dan sampah anorganik bisa diolah kembali menjadi barang baru.
2. Minimal tanam 1 pohon di depan rumah. Jika tak punya lahan tanamlah beberapa tanaman di pot agar tetap memberikan kontribusi positif ke alam yaitu melestarikan tanaman/pohon.
3. Meminimalisir sampah plastik, yaitu dengan cara membawa tas belanjaan sendiri dari rumah. Bisa juga membawa botol minuman sendiri dari rumah pastinya juga gunakan yang ramah dengan lingkungan.
Dampaknya apa? Tentu ada dong, alam yang hijau dengan memproduksi Oksigen lebih banyak akibat banyaknya pohon dan tumbuhan yang telah kita tanam akan membantu mengurangi efek rumah kaca. Selain itu dengan berkurangnya sampah plastik lingkungan akan bersih pun membantu meminimalisir adanya banjir akibat sampah yang membuat buntu saluran air.
Perubahan iklim di Indonesia yang selama ini sudah kita rasakan nantinya lambat laun akan normal kembali. Musim hujan dan musim kemarau akan tiba sesuai waktunya. Mari kita jaga alam, jaga hutan kita, jaga Indonesia.
Namun saya sadar, dari uraian saya di atas tentang mudahnya saya berpendapat andaikan saya menjadi pemimpin tak semudah membalikkan telapak tangan. Pemimpin banyak memikul beban dan tanggung jawab yang besar, belum tentu juga saya bisa melakukan itu semua. Namun saya hanya bisa berjanji pada diri sendiri untuk selalu menjaga alam agar alam tak marah kepada manusia di bumi.
Salam,
Dwi Puspita